Ini Alasan Orang Tua Sebaiknya Tak Membuat Akun Medsos Khusus untuk Anak

aura.co.id | 8 Juni 2020 | 20:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Di era digital, ada orang tua membuatkan akun media sosial untuk buah hati mereka. Kebanyakan, tujuannya untuk mengabadikan momen sang anak. Namun ada yang kontra dengan hal ini. Lantas, apa pandangan psikolog tentang fenomena ini?

Psikolog anak, remaja, dan keluarga, Roslina Verauli atau Vera mengungkapkan kala anak masih kecil, demikian pula dengan lingkungan sosial anak. Ia menganalogikan lingkungan sosial anak usia 1-2 tahun hanya terbatas pada orang tua atau pengasuhnya. Beranjak usia 3-5 tahun, mencakup lingkungan di sekitar rumahnya. Seiring bertambah usia, lingkungan sosial anak makin bertambah dan semakin minim pengawasan orang tua.

Lalu, apa yang terjadi ketika anak punya akun media sosial sejak kecil? "Kala berada di media sosial, orang tua seolah-olah menempatkan anak di mal dunia. Seolah-olah berharap anaknya berada di ranah sosial. Padahal orang tua tidak bisa memprediksi dampak negatif apa yang mungkin menimpa anak," terang Vera.

Dampak negatifnya, anak berisiko jadi sasaran kejahatan predator anak. "Orang tua juga tak pernah bisa tahu apakah anak setuju atau tidak dengan apa yang diunggah orang tua. Ketika dewasa, anak berhak mempertanyakan dan menunjukkan keberatan terhadap apa yang diunggah orang tua," beri tahu Vera.

Agar anak tak berkeberatan, ada orang tua yang meminta persetujuan anak sebelum mengunggah foto atau informasi tentang anak di media sosial. Vera mengatakan anak yang belum dewasa (18-20 tahun), belum mampu membuat keputusan. Pada masa ini, anak masih menjadi tanggung jawab dan di bawah pengawasan orang tua. Anak juga belum bisa memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri. Baru ketika dewasa, anak dianggap mampu secara usia dan psikologis untuk membuat keputusan.

Khusus untuk anak selebritas atau orang terkenal, juga memiliki dampak psikologis tersendiri. "Anak akhirnya digiring ke area publik, terpapar dengan tuntutan dan ekspektasi publik. Akibatnya, rentan menghambat pertumbuhan kepribadian anak," imbuh dia.

Pertimbangkan Tujuan Anak Aktif di Media Sosial

Maka, Vera mengajak para orang tua untuk kembali merefleksikan tujuan menempatkan anak di ranah sosial lewat media sosial. Jika tujuannya untuk mengabadikan momen anak, Vera mengingatkan jejak media sosial bisa bertahan lama. Orang tua juga sulit mengontrol siapa yang menyimpan atau mengunggah kembali foto anak.

Sebagian orang tua menyiasati hal ini dengan mengunci akun media sosial anak salah satunya dengan fitur private di Instagram. Namun Vera kembali mengingatkan bahwa tidak ada yang bisa menjamin apakah dari pengikut yang dipilih orang tua ini, tidak ada yang punya kecenderungan negatif terhadap anak. "Saran saya, orang tua mengikuti aturan main yang ada, seperti mengikuti minimal batasan usia yang ditetapkan untuk membuat akun media sosial tertentu. Dengan cara ini, orang tua membantu anak melindungi dirinya ketika mereka belum mampu melindungi diri mereka sendiri," sambung dia.

Bagi para orang tua yang tidak membuatkan akun media sosial untuk anak namun kerap mengunggah foto atau aktivitas anak di akun media sosial pribadi, Vera mengimbau agar tidak mengunggah segala hal yang bersifat pribadi tentang anak. Mulai dari identitas anak sampai pada kebiasaan anak seperti makanan kesukaan atau hobi, agar tak disalahgunakan.

Khusus untuk para orang tua yang membuatkan akun media sosial anak untuk kepentingan bisnis, Vera berharap orang tua tidak melanggar hak-hak anak sesuai Konvensi Hak-Hak Anak PBB. Beberapa di antaranya adalah orang tua diharapkan selalu memutuskan yang terbaik bagi anak, hak atas privasi, anak berhak dilindungi dari rasa sakit secara fisik maupun mental, hingga hak bermain dan melakukan aktivitas rekreasional.

Penulis : aura.co.id
Editor: aura.co.id
Berita Terkait